{[['']]}
Arimbi sebenarnya seorang raksasa perempuan (raseksi, Bhs. Jawa). Ia adalah anak kedua Prabu Trembaka. Kakak sulungnya bernama Arimba, yang mewarisi takhta Kerajaan Pringgadani setelah Prabu Tremboko tewas dibunuh oleh Pandu Dewanata, raja Astina. Waktu Prabu Arimba berkelahi dengan Bima untuk membalas. kematian Prabu Tremboko, Dewi Arimbi berusaha mencegah. Ini disebabkan karena Arimbi jatuh cinta setelah melihat kegagahan Bima. Usaha melerai perkelahian itu tidak berhasil dan Arimba pun tewas. Sebelum ajal menjemput, Arimba berpesan pada Arimbi bahwa ia mewariskan takhta Pringgadani bagi adiknya itu. Selain itu Arimba pun merestui cinta adiknya pada Bima. Ia merasa bangga mati ditangan Bima yang berkelahi dengan jujur.
Pada mulanya cinta Arimbi pada Bima tidak mendapat sambutan. Tetapi Dewi Kunti yang arif, menyadari besarnya cinta Arimbi pada anaknya. Dewi Kunti pun berkata: "Aduh cantiknya gadis ini....." dan seketika itu pula Arimbi berubah ujud dari raksasa wanita menjadi putri cantik yang bertubuh tinggi besar. Dengan restu Kunti, Arimbi kemudian menjadi istri Bima. la juga menjadi ratu di Kerajaan Pringgadani. Sesudah Gatotkaca dewasa, takhta Pringgadani diserahkan oleh Arimbi kepadanya.
Tatkala mendengar berita gugurnya Gatotkaca di medan laga Baratayuda, Arimbi segera lari ke Kurusetra dan memeluk jasad anaknya sambil meraung keras. Tangisan Arimbi sebagai seorang raseksi terdengar jauh sampai di luar gelanggang Kurusetra. Dewi Arimbi kemudian minta ijin pada Bima, suaminya agar dibolehkan melakukan belapati pada saat pembakaran jenazah Gatotkaca. Menurut pewayangan, di antara nyala api pembakaran jenazah itu Bima menyaksikan arwah Dewi Arimbi dan Gatotkaca bergandengan menuju sorga.
Di Jawa Timur cerita mengenai Dewi Arimbi agak berbeda. Di sana Prabu Tremboko disebut Prabu Kala Baka. Arimbi merupakan anak ketiga, dan satu-satunya perempuan. Kedua abangnya adalah Kala Arumba dan Kala Arimba, sedangkan dua adiknya bernama Kala Prabakesa dan Kala Bendana. Karena Arimbi paling disayang ayahnya, sejak kecil ia sudah diberi mahkota. Berbeda dengan ayahnya, Kala Arumba dan Kala Arimba adalah pemangsa manusia. Larangan ayahnya tidak dipedulikan kedua abang Arimbi itu. Karena marah dan kecewa, Prabu Kala Baka lalu mengadakan sayembara, siapa yang dapat membunuh kedua anaknya yang durhaka itu, akan dikawinkan dengan Dewi Arimbi, dan akan dijadikan pewaris singgasana Pringgadani. Ternyata seorang ksatria gagah bernama Pujasena (sebutan populer Bima di Jawa Timur) berhasil. Kepala Kala Arumba dan Kala Arimba diadu, dibenturkan satu sama lainnya, sehingga keduanya tewas seketika (diadu kumba - Bhs Jawa).
Namun Pujasena tidak mau menerima hadiah yang disediakan. Takhta Pringgadani ditolak karena ia hanya membutuhkan dua bungkus nasi, sedangkan Dewi Arimbi ditolak karena ia tidak berkeinginan kawin dengan seorang raseksi. Dewi Kunti dibantu Puntadewa lalu merias Arimbi, sehingga raseksi itu menjelma menjadi wanita cantik. Dengan demikian Bima lalu menerimanya sebagai istri, sedangkan takhta Pringgadani kelak akan diberikan kepada anaknya yang akan lahir.
Dalam Mahabarata, Dewi Arimbi disebut Hi-dimbah atau Hidimbi dan tidak pernah berubah ujud menjadi wanita cantik. Dalam kitab itu Hidimbi selamanya berujud raksasa.
Di pentas Wayang Orang, pemeran Dewi Arimbi biasanya dipilih penari wanita yang bertubuh tinggi besar. Karma pada dasarnya Arimbi adalah seorang raseksi, pada seni kriya Wayang Kulit Purwa zaman dulu, Gatotkaca dilukiskan sebagai raksasa pula. Perubahan bentuk seni kriya wayang Gatotkaca menjadi ksatria gagah baru dilakukan pada akhir abad ke-19. Tetapi pada kotak perangkat Wayang Kulit Purwa yang lengkap, biasanya terdapat dua peraga wayang Arimbi, yakni ketika masih berupa raksasa, dan setelah menjadi putri cantik. Yang berujud raksasa, rambutnya diurai sampai ke kaki dengan hiasan grudha mungkur. Arimbi raksasa ini hanya ditampilkan pada lakon Arimba Lena. Sedangkan setelah cantik, dan tampil sebagai ibu Gatotkaca, ia dilukiskan dengan ujud wanita cantik.
Di Jawa Timur, peraga wayang Arimbi, baik yang rakseksi maupun yang putri cantik, keduanya mengenakan mahkota.
ARIMBI wanda sedet, dalam bentuk wanita cantik,
Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta
DEWI ARIMBI sebagai putri cantik,
gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta
DEWI ARIMBI dalam wujud raksasa,
gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta
DEWI ARIMBI, ketika masih berujud raseksi, Wayang Kulit Purwa gagrak Jawatimuran.
Sebagai pewaris singgasana Kerajaan Pringgadani, Arimbi mengenakan mahkota.
DEWI ARIMBI, Wayang Golek Purwa Sunda