{[['']]}
Setelah dewasa Adimanggala menjadi patih di negri Awangga, pada zaman pemerintahan Adipati Karna. Dalam Baratayuda Patih Adimanggala bertempur di pihak Kurawa. Ia mati sampyuh, mati bersama lawannya, Patih Jayasemadi.
Namun tentang kematian Patih Adimanggala ini sebagian dalang menceritakan lain lagi. Begini:
Ketika berlangsung Baratayuda, Adimanggala ditugasi selalu melaporkan keadaan perang kepada Dewi Surtikanti. Suatu ketika Adimanggala memberi laporan yang tidak jelas, sehingga Dewi Surtikanti salah mengerti dan mengira suaminya gugur. Istri Adipati Karna itu lalu bunuh diri.
Dalam pewayangan, Ki Dalang menceritakan, ketika menghadap Dewi Surtikanti, antara lain Patih Adimanggala mengatakan: "... nyuwun sedah". Kata-kata itu terdengar oleh Sang Dewi sebagai: "... sampun seda. " Kalimat pertama artinya minta sirih, sedangkan yang kedua artinya sudah gugur.
Ketika Adipati Karna tahu peristiwa kematian istrinya ini, ia tidak dapat lagi menahan amarahnya, dan langsung membunuh Patih Adimanggala.
Sementara itu versi lain menyebutkan, kematian Adimanggala bukan karena dibunuh Adipati Karna, tetapi justru terjadi setelah Adipati Awangga itu gugur. Setelah junjungannya gugur, Patih Adimanggala mengamuk di gelanggang Kurusetra. Barisan prajurit Pandawa kewalahan menghadapinya, sehingga Kresna memerintahkan Patih Udawa untuk menghadapinya. Sebenarnya, Udawa tidak tega menghadapi saudara kandungnya sendiri di medan laga. Namun ia pun tidak berani membantah perintah Kresna. Karenanya, dengan menghunus Kyai Gandaludira, Udawa maju ke kancah pertempuran dengan memejamkan mata. Adimanggala akhirnya gugur tergores ujung keris kakaknya itu.
PATIH ADIMANGGALA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.