Latest update :
Recent Updates

Anggawangsa, Resi

ANGGAWANGSA, RESI, dalam buku-buku wayang yang lama ditulis Hanggawangsa, adalah raksasa pertapa yang menolong Dewi Maerah setelah permaisuri Prabu Basudewa itu dibuang ke hutan dalam keadaan berbadan dua. Oleh Resi Anggawangsa, Dewi Maerah dibawa ke Pertapaan Wisarengga dan dirawat dengan baik sampai pada saat melahirkan. Setelah cukup bulannya, bayi dalam kandungan itu lahir dengan selamat dan diberi nama Kangsa. Namun beberapa hari kemudian Dewi Maerah meninggal dunia karena sakit setelah bersalin.

Resi Anggawangsa lalu mendidik dan mengajar Kangsa dengan berbagai ilmu sehingga anak Dewi Maerah itu tumbuh menjadi pemuda yang sakti. Setelah dewasa, Resi Anggawangsa mengatakan bahwa Kangsa sebenarnya adalah putra Dewi Maerah, permaisuri Prabu Basudewa. Karena itu Resi Anggawangsa lalu menyarankan agar Kangsa pergi ke Kerajaan Mandura. Penjelasan dan saran Resi Anggawangsa ini tidak salah, namun kurang tepat. Karena sesungguhnya Kangsa adalah anak Prabu Gorawangsa yang menyaru sebagai Basudewa, sehingga Dewi Maerah tertipu dan bersedia melayani hasrat cintanya.

RESI ANGGAWANGSA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.
{[['']]}

Anggada

ANGGADA, salah satu tokoh wayang yang berujud kera berbulu merah. la anak tunggal Resi Subali, raja kcra dari Kerajaan Guwakiskenda, sedangkan ibunya seorang bidadari bernama Dewi Tara. itulah sebabnya, ia juga disehut Subaliputra atau Subalisuta. Ketika masih bayi, ayahnya tewas dipanah oleh Ramawijaya pada saat sedang berkelahi mclawan Sugriwa, adiknya. Mereka herkelahi memperebutkan Dewi Tara, sekaligus juga memperebutkan kekuasaan di Guwakiskenda. Setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin dengan Sugriwa, Anggada diasuh dan dididik dengan baik serta penuh kasih sayang oleh Sugriwa.
Dalam cerita Ramayana dikisahkan Anggada ikut berperang di pihak Prabu Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya, yang waktu itu berperang melawan balatentara Krajaan Alengka yang dipimpin oleh Prabu Rahwana. Walaupun usianya masih muda, oleh Prabu Sugriwa, pamannya, Anggada dipercaya sebagai salah satu senapati bala tentara kera dari Guwakiskenda yang diperbantukan pada Rama. Karena itu sewaktu Rama merasa sudah cukup kuat untuk menggempur Alengka, ia mengutus Anggada menghadap Prabu Dasamuka. Tugas Anggada sebagai duta Rama adalah untuk menjajagi kekuatan Alengka, sekaligus memberi ultimatum.

Dengan mandat Rama, Anggada mengajukan pilihan pada raja Alengka itu: apakah bersedia membebaskan Dewi Sinta secara baik-baik, atau tetap bersikukuh mempertahankannya. Jika Dasamuka tetap mempertahankan Dewi Sinta, berarti akan pecah perang. Prabu Dasamuka bukan menanggapi pilihan itu, melainkan mengingatkan hahwa sesungguhnya Anggada adalah keponakannya. Dewi Tara, ibu Anggada adalah adik Dewi Tari, istri Dasamuka. Prabu Dasamuka juga mengingatkan bahwa ayah Anggada yaitu Resi Subali, adalah guru Dasamuka. Dengan demikian Dasamuka adalah murid ayahnya. Lagi Pula Resi Subali tewas karena dibunuh oleh Ramawijaya yang bersckutu dengan Sugriwa.

Hasutan Prabu Dasamuka ini akhirnya dapat mempengaruhi pendirian Anggada. Apalagi ketika itu Dasamuka sengaja menghidangkan berbagai minuman yang memabukkan pada Anggada. Karena itu Anggada kembali ke markas pasukan Rama di Suwelagiri dengan dada penuh dendam. Di Suwelagiri, tepat di perkemahan pasukan Rama, Anggada langsung mengamuk dan berteriak-teriak mengancam Rama. Sugriwa, pamannya, bersama dengan Anoman, segera datang meringkusnya. Prabu Sugriwa menjelaskan bahwa Rama membunuh Resi Subali semata-mata karena mengemban tugas dari para dewa. Oleh para dewa Subali dipersalahkan telah mengajarkan Ilmu Aji Pancasona kepada Rahwana, yang diketahui selama ini selalu bertindak angkara murka. Usaha Sugriwa untuk menyadarkan kembali Anggada akhirnya berhasil. Putra Subali itu akhirnya insyaf bahwa ia sudah dihasut oleh Dasamuka. Permohonan maafnya dikabulkan Ramawijaya.
Di Pewayangan, kisah itu diceritakan dalam lakon  Anggada Balik.

Lakon-lakon yang melibatkan Anggada:
  • Anggada Duta
  • Anggada Balik
  • Rama Tambak
  • Brubuh Alengka
  • Rama Nitis
ANGGADA, Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.

 
ANGGADA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.

ANGGADA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta. 




ANGGADA, Wayang Golek Purwa Sunda.


ANGGADA, Wayang Kulit Purwa Bali.

{[['']]}

Adirata

ADIRATA, yang juga bergelar Prabu Radeya, adalah raja Petapralaya. Istrinya bernama Dewi Nadha atau Radha. Mereka tidak mempunyai anak. Setelah mohon petunjuk para dewa, Adirata bertapa di tepi Sungai Swilugangga, dan tak lama kemudian ia menemukan sebuah kendaga, kotak kayu, berisi seorang bayi. Bayi itu dipungut anak, dan diberi nama Basukarna.

Adirata menurut Kitab Mahabarata, menjadi tokoh bukan karena is sakti atau mempunyai darah bangsawan. Ia adalah ayah angkat Adipati Karna, atau Basukarna, yang sebenarnya adalah anak sulung Dewi Kunti dari Batara Surya. Kedudukannya sebagai ayah angkat Karna itulah yang menyebubkan namanya tercatat dalam dunia pewayangan.

Adirata sendiri pada mulanya hanya seorang sais atau kusir kereta dan pemelihara kuda-kuda milik Kerajaan Astina. Suatu hari ketika pergi menangkap ikan, ia menemukan seorang bayi dalam sebuah peti yang terapung di sungai. Bayi itu adalah Karna yang dibuang oleh ibunya atas perintah Prabu Kuntiboja, raja Mandura, ayah Dewi Kunti Nalibrangta. Bersama istrinya yang bemama Nanda, dipeliharanya bayi itu balk-balk dengan penuh kasih sayang. Kebetulan Adirata dan Nanda memang tidak mempunyai anak. Kelak, setelah Karna dewasa, anak angkatnya itulah yang kemudian mengangkat derajat Adirata. Sampai menjelang pecahnya Baratayuda, Karna tetap mengira Adirata dan Nanda adalah ayah dan ibu kandungnya.

Tentang Adirata ini, sebagian dalang menyebutkan bahwa is adalah seorang raja di Petapralaya, kerajaan kecil jajahan Astina. Cerita mengenai Adirata ini agak berbeda antara pewayangan dengan Kitab Mahabarata. Pada Kitab Mahabarata, Adirata bukanlah sais kereta Kerajaan Astina, melainkan raja sebuah negeri kecil bernama Angga yang merupakan negeri taklukan Kerajaan Astina. Dalam Mahabarata Adirata dituliskan dengan ejaan Adhiratha, dan istrinya bukan bemama Nanda, melainkan Radha. Karena itulah Adipati Karna terkadang disebut Radhea, yang artinya anak Radha.


ADIRATA, Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta karya Ki Bambang Suwarno.


ADIRATA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta
{[['']]}

Adimanggala

ADIMANGGALA, resminya adalah anak Ki Demang Antagopa dari Widarakandang. Tetapi sebenarnya ia adalah anak gelap yang lahir dari skandal yang dilakukan ibunya, Ken Sayuda, dengan Ugrasena putra Prabu Basukunti, raja Mandura. Untuk menutupi berbagai skandal yang melibatkan Ken Sayuda, wanita cantik itu dikawinkan dengan Antagopa, Demang Widarakandang. Ken Sayuda, oleh sebagian dalang disebut Ken Yasoda.
Setelah dewasa Adimanggala menjadi patih di negri Awangga, pada zaman pemerintahan Adipati Karna. Dalam Baratayuda Patih Adimanggala bertempur di pihak Kurawa. Ia mati sampyuh, mati bersama lawannya, Patih Jayasemadi.
Namun tentang kematian Patih Adimanggala ini sebagian dalang menceritakan lain lagi. Begini:
Ketika berlangsung Baratayuda, Adimanggala ditugasi selalu melaporkan keadaan perang kepada Dewi Surtikanti. Suatu ketika Adimanggala memberi laporan yang tidak jelas, sehingga Dewi Surtikanti salah mengerti dan mengira suaminya gugur. Istri Adipati Karna itu lalu bunuh diri.
Dalam pewayangan, Ki Dalang menceritakan, ketika menghadap Dewi Surtikanti, antara lain Patih Adimanggala mengatakan: "... nyuwun sedah". Kata-kata itu terdengar oleh Sang Dewi sebagai: "... sampun seda. " Kalimat pertama artinya minta sirih, sedangkan yang kedua artinya sudah gugur.
Ketika Adipati Karna tahu peristiwa kematian istrinya ini, ia tidak dapat lagi menahan amarahnya, dan langsung membunuh Patih Adimanggala.
Sementara itu versi lain menyebutkan, kematian Adimanggala bukan karena dibunuh Adipati Karna, tetapi justru terjadi setelah Adipati Awangga itu gugur. Setelah junjungannya gugur, Patih Adimanggala mengamuk di gelanggang Kurusetra. Barisan prajurit Pandawa kewalahan menghadapinya, sehingga Kresna memerintahkan Patih Udawa untuk menghadapinya. Sebenarnya, Udawa tidak tega menghadapi saudara kandungnya sendiri di medan laga. Namun ia pun tidak berani membantah perintah Kresna. Karenanya, dengan menghunus Kyai Gandaludira, Udawa maju ke kancah pertempuran dengan memejamkan mata. Adimanggala akhirnya gugur tergores ujung keris kakaknya itu.



PATIH ADIMANGGALA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.
{[['']]}

Abiyasa

ABIYASA, yang bergelar begawan, adalah kakek keluarga Pandawa dan Kurawa. Ayah Abiyasa adalah Begawan Palasara, pertapa terkenal dari gunung Rahtawu. Ibunya, yang bernama Dewi Durgandini telah pergi meninggalkannya sejak Abiyasa masih bayi. Ayahnyalah yang memelihara, merawat, membersarkan, dan mendidik Abiyasa. Mula-mula mereka berkelana dari negeri satu ke negeri lainnya, tetapi kemudian menetap di Pertapaan Sata Arga (di pedalangan sering disebut Sapta Arga). Dari Begawan Palasara ia mewarisi bakat sebagai pertapa, selain mendapat pengajaran mengenai ilmu kesusastraan dan ketatanegaraan.

Menurut cerita pewayangan, ketika masih bayi Abiyasa pernah berebut air susu Dewi Durgandini dengan bayi Dewabrata, yang kemudian lebih dikenal dengan Resi Bisma. Waktu itu, Sentanu datang ke Astina bersama Dewabrata, dan minta agar Dewi Durgandini mau membagi air susunya pada Dewabrata. Dewi Durgandini, yang saat itu menjadi permaisuri Palasara tidak berkeberatan. Tetapi ternyata Dewabrata amat rakus, sehingga Abiyasa sering tidak kebagian air susu ibunya sendiri. Ini membuat Palasara, yang ketika itu sudah menjadi raja dan bergelar Prabu Dipakiswara, marah.

Karena persoalan air susu itu akhirnya Sentanu berperang tanding dengan Palasara. Batara Narada yang turun dari Kahyangan segera datang melerai mereka. Dewa itu mengatakan bahwa sesuai kehendak para dewa, Palasara harus mengalah pada Sentanu. Ia harus merelakan tahta Kerajaan Astina dan juga permaisurinya, Dewi Durgandini. Dengan begitu, ketika masih bayi Abiyasa terpaksa kehilangan ibu.

Lakon-lakon yang melibatkan Abiyasa:
  • Abiyasa lahir
  • Wahmuka-Arimuka
  • Abiyasa Krama (Abiyasa Kawin)
  • Abiyasa Maguru
  • Abiyasa Boyong
  • Abiyasa Dadi Ratu
  • Seta Ngraman
  • Jumenengan Parikesit
  • Abiyasa Moksa
 
ABIYASA, sebagai Begawan atau pertapa, Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.


 
ABIYASA, sebagai raja Astina bergelar Prabu Krisnadwipayana.
Gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.

 
PRABU KRESNADWIPAYANA, Wayang Kulit gagrak Yogyakarta.
Berbeda dengan gagrak Surakarta, wayang ini tidak mengenakan mahkota,
walaupun ia raja.


Abiyasa, Wayang Kulit Purwa gagrak Jawa Timur.


TIGA orang putra Abiyasa.(dari kiri ke kanan): 
Drestarasta, putra Dewi Ambika. Pandu Dewanata, putra Dewi Amabalika; 
dan Yama Widura, putra Dayang Drati.
Gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.

AABIYASA semasa muda.
Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.


BEGAWAN ABIYASA sebagai pertapa di Sata Arga atau Sapta Arga.
Gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.


ABIYASA, penampilan sedang marah.
Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta. Wayang ini ditampilkan antara lain 
pada lakon Seta Ngraman. Ujud wayang ini agak mirip dengan 
wayang Bima atau Werkudara.


 
ABIYASA, gambar grafis bargaya buku komik wayang 
berdasarkan penampilan pada panggung Wayang Orang gaya Surakarta. 


BEGAWAN ABIYASA, pada penampilan dalam Wayang Golek Purwa Sunda.


{[['']]}

Abimanyu

ABIMANYU, putra kesayangan Arjuna dari salah seorang istrinya yang bernama Dewi Subadra, yang dalam pewayangan lebih dikenal dengan sebutan Wara Sembadra. Nama Abimanyu mengandung arti "kalau ia sedang marah, tak ada yang berani mendekat".
Abi atau abhi artinya dekat, manyu artinya marah.

Berbagai lakon yang melibatkan Abimanyu:
  • Abimanyu Lair (lahirnya Abimanyu)
  • Bambang Senggoto (Bambang Semboto)
  • Bambang Wijanarka
  • Abimanyu Kerem
  • Abimanyu Gendong
  • Murcalelana
  • Bima Kopek
  • Abimanyu Krama
  • Gendreh Kemasan
  • Gambir Anom
  • Wahyu Cakraningrat
  • Wahyu Widayat
  • Kitiran Petak (Kitiran Putih)
  • Mayanggana
  • Abimanyu Gugur (Baratayuda)

ABIMANYU, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.



  
ABIMANYU, Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.
Kiri: Abimanyu Jangkahan, dan kanan: Abimanyu wanda Padasih.
 

 ABIMANYU, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta
 

ABIMANYU, Wayang Kulit Purwa gagrak Cirebon.



ABIMANYU, Wayang Kulit Purwa gagrak Jawatimuran dirupakan dalam dua bentuk, yakni Abimanyu ore untuk peran-peran pada waktu remaja, dan 
Abimanyu ukel untuk peran setelah dewasa.



  Dua orang istri Abimanyu, DEWI SITI SUNDARI dan DEWI UTARI.
Gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.


 ABIMANYU, dalam penampilan di Wayang Golek Purwa Sunda.






ABIMANYU, gambar grafis gaya buku komik wayang, 
berdasarkan penampilan di panggung Wayang Orang gaya Surakarta.
{[['']]}

Abilawa, Jagal

ABILAWA, JAGAL, adalah nama samaran yang digunakan oleh Bima ketika ia bersama saudara-saudaranya, para Pandawa lainnya, dan Dewi Drupadi bersembunyi di Kerajaan Wirata. Ini terjadi sesudah para Pandawa yang disertai Dewi Drupadi selesai menjalani masa pembuangan di hutan selama 12 tahun, karena kalah di meja judi. Menurut perjanjian yang telah disepakati antara pihak Pandawa dan Kurawa, sesudah masa pembuangan itu Pandawa harus bersembunyi dan menyamar selama satu tahun. Bilamana dalam waktu setahun itu salah seorang di antara para Pandawa dapat ditemukan dan dikenali penyamarannya oleh Kurawa, mereka harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12 tahun lagi. Dalam penyamarannya Bima alias Abilawa bekerja sebagai penyembelih hewan ternak yang dalam bahasa Jawa disebut jagal. Ia bekerja pada seorang juru masak istana Wirata bernama Jagal Welakas. Selama setahun bersembunyi di Kerajaan Wirata, Abilawa sempat membunuh tiga orang senapati Wirata yang bernama Rajamala, Rupakenca, dan Kencakarupa. Mereka adalah ipar raja Wirata, Prabu Matswapati. Ketiga senapati Wirata yang sakti itu sebenarnya hendak meruntuhkan kewibawaan raja, untuk kemudian mengambil alih kekuasaan.

JAGAL ABILAWA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Yogyakarta.

 
JAGAL ABILAWA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta.


JAGAL ABILAWA, Wayang Kulit Purwa gagrak Cirebon.


JAGAL ABILAWA, gambar grafis Wayang Kulit Purwa gagrak Banyumas. 
 Dibandingkan dengan gagrak Surakarta dan Yogyakarta, yang ini rambutnya terurai lebih panjang, sampai ke kakinya.


 
ABILAWA, Wayang Kulit Purwa gagrak Jawatimuran, digambarkan dengan rambut gimbal dengan daun-daun dan ranting tersangkut di rambutnya.


{[['']]}

About

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blvckshadow - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger